Dear all sebelumnya mohon dibaca dulu cerita ini Dua tahun lalu saya berjumpa dia sebagai sopir mobil antar jemput personel perusahaan downhole tester. Sekarang, secara kebetulan kami bertemu lagi di sebuah rig, ia menjadi salah satu personel di perusahaan downhole tester tersebut. Kemudian ada seorang dari Bangladesh yang dua tahun lalu bekerja sebagai room boy di guest house. Di rig yang sama saya berjumpa dia sebagai operator cementing. Ada juga seorang bapak yang kini tinggal di sebuah kota kecil di Jawa Barat yang menjadi driller padahal dulunya adalah seorang sopir angkot. Beberapa orang yang saya jumpai di rig dengan berbagai macam posisi juga mengaku berlatar belakang jauh berbeda dari yang dikerjakan sekarang. Ada yang dulunya adalah anggota sekuriti, mantan tentara, pekerja tambang, buruh pabrik, sopir taksi, dan tukang las. Beberapa kesamaan dari mereka adalah keberanian untuk merantau, pekerja keras atau rajin dan mau belajar terutama bahasa (Inggris). Di dunia minyak yang sempit ini, bahasa Inggris paling banyak digunakan sebagai sarana komunikasi karena beragamnya latar belakang asal pekerjanya. Dan inilah yang membuat, menurut saya, pekerja asal India dan Negara-negara pecahannya yang dulu pernah dijajah Inggris banyak berada di kawasan Timur Tengah. Keahlian ini juga lah yang membuat ada kawan yang meskipun tak seberapa berpengalaman bisa naik hingga ke level manajemen sedangkan kawan yang lain karena kurang ahli berbahasa Inggris membuatnya tertahan di level yang itu-itu saja meskipun sangat bagus kemampuan dan pengalamannya. Dari berbagai kisah di atas, saya mendapat kesan bahwa sikap kerja dan kemampuan bahasa inggris-lah yang paling memberi pengaruh jika bekerja di industri perminyakan. Duhok, Iraq yg ingin saya tanyakan apakah benar, banyak orang2 yg dasaarnya bukan dari teknik seperti supir angkot, buruh, dll banyak yang bekerja dimigas? kalau ia knp bisa? padahalkan ga punya dasar2nya terimakasih sebelumnya RAHMAN

 

Source: Milis Migas