By Dony on Saturday, 24 June 2017
Category: Anything

Si Narapidana Cilik Yang Cerdas

Kisah Nyata Arif (Si Narapidana Cilik Yang Cerdas)

Terus terang, meski sudah beberapa kali mengadakan 
penelitian Kriminal di LP, pengalaman kali ini 
adalah pengalaman pertama saya ngobrol langsung 
dengan seseorang yang didakwa kasus pembunuhan 
berencana. 

Dengan jantung dag dig dug, pikiran saya 
melayang-layang mengira-ngira gambaran orang yang 
akan saya temui. Sudah terbayang muka keji Hanibal 
Lecter, juga penjahat-penjahat berjenggot palsu 
ala sinetron, dan gambaran-gambaran pembunuh 
berdarah dingin lain yang sering saya temui di 
cerita TV. 

Well, akhirnya setelah menunggu sekian lama 
berharap-harap cemas, salah satu sipir membawa 
seorang anak kehadapan saya. Yup, benar seorang 
anak berumur 8 tahun. Tingginya tidak lebih dari 
pinggang orang dewasa dengan wajah yang diliputi 
senyum malu-malu. Matanya teduh dengan gerak-gerik 
yang sopan. 

Saya pun membaca berkas kasusnya yang diserahkan 
oleh sipir itu. Sebelum masuk penjara ternyata ia 
adalah juara kelas di sekolahnya, juara 
menggambar, jago bermain suling, juara mengaji dan 
azan di tingkat anak-anak. 

Kemampuan berhitungnya lumayan menonjol. Bahkan 
dari balik sekolah di dalam penjara pun nilai 
sekolahnya tercatat kedua terbesar tingkat 
provinsi. Lantas kenapa ia sampai membunuh? Dengan 
rencana pula? 

Kasus ini terjadi ketika Arif sebut saja nama anak 
ini begitu, belum genap berusia tujuh tahun. 
Ayahnya yang berdagang di sebuah pasar di daerah 
bekasi, dihabisi kepala preman yang menguasai 
daerah itu. Latar belakangnya karena si ayah 
enggan membayar uang 'keamanan' yang begitu 
tinggi. 

Berita ini rupanya sampai di telinga Arif. Malam 
esok harinya setelah ayahnya dikebumikan ia 
mendatangi tempat mangkal preman tersebut. 
Bermodalkan pisau dapur ia menantang orang yang 
membunuh ayahnya. 

"Siapa yang bunuh ayah saya!" teriaknya kepada 
orang yang ada di tempat itu. 

"Gue terus kenapa?" ujar kepala preman yang 
membunuh ayahnya sambil disambut gelak tawa di 
belakangnya. 

Tanpa banyak bicara anak kecil itu sambil melompat 
menghunuskan pisau ke perut si preman. Dan tepat 
mengenai ulu hatinya, pria berbadan besar itu 
jatuh tersungkur ke tanah. Arif pun langsung lari 
pulang ke rumah setelahnya. Akhirnya selesai 
sholat subuh esok paginya ia digelandang ke kantor 
polisi. 

"Arif nih sering bikin repot petugas di Lapas!" 
ujar kepala lapas yang ikut menemani saya 
mewawancarai arif sambil tersenyum. Ternyata sejak 
di penjara dua tahun lalu. Anak ini sudah tiga 
kali melarikan diri dari selnya. Dan caranya pun 
menurut saya tergolong ajaib. 

Pelarian pertama dilakukannya dengan cara yang tak 
terpikirkan siapapun. Setiap pagi sampah-sampah 
dari Lapas itu di jemput oleh mobil kebersihan. 
Sadar akan hal ini, diam-diam Arif menyelinap ke 
dalam salah satu kantung sampah. Hasilnya 1-0 
untuk Arif. Ia berhasil keluar dari penjara. 

Pelarian kedua lebih kreatif lagi. Anak yang doyan 
baca ini pernah membaca artikel tentang fermentasi 
makanan tape (ingat lho waktu wawancara usianya 
baru 8 tahun). Dari situ ia mendapat informasi 
bahwa tape mengandung udara panas yang bersifat 
destruktif terhadap benda keras. 

Kebetulan pula di Lapas anak ini disediakan tape 
uli dua kali dalam seminggu. Setiap disediakan 
tape, arif selalu berpuasa karena jatah tape itu 
dibalurkannya ke dinding tembok sel tahanannya. 
Hasilnya setelah empat bulan, tembok penjara itu 
menjadi lunak seperti tanah liat. Satu buah lubang 
berhasil dibuatnya. 2-0 untuk arif. Ia keluar 
penjara ke dua kalinya. 

Pelarian ke tiganya dilakukan ala Mission 
Imposible. Arif yang ditugasi membersihkan kamar 
mandi melihat ember sebagai sebuah solusi. Besi 
yang berfungsi sebagai pegangan ember itu di 
simpan di dalam kamarnya. Tahu bahwa dirinya sudah 
diawasi sangat ketat, Arif memilih tempat 
persembunyian paling aman sebelum memutuskan untuk 
kabur. 

Ruang kepala Lapas menjadi pilihannya. Alasannya 
jelas, karena tidak pernah satu pun penjaga berani 
memeriksa ruang ini. Ketika tengah malam ia 
menyelinap keluar dengan menggunakan besi pegangan 
ember untuk membuka pintu dan gembok. Jangan Tanya 
saya bagaimana caranya, pokoknya tahu-tahu ia 
sudah di luar. 3-0 untuk Arif. 

Lantas kenapa ia bisa tertangkap lagi? Rupanya 
kepintaran itu masih berada di sebuah kepala 
bocah.Pelarian-pelariannya didorong dari rasa 
kangennya terhadap ibunya. Anak ini keluar dari 
penjara hanya untuk ke rumah sang ibunda tercinta. 
Jadi dari Lapas tanggerang ia menumpang-numpang 
mobil Omprengan dan juga berjalan kaki sekian 
kilometer dengan satu tujuan, pulang! 

Karena itu pula pada pelarian Arif yang ketiga, 
kepala Lapas yang juga seorang ibu ini meminta 
anak buahnya untuk tidak segera menjemput Arif. 
Hasilnya dua hari kemudian Arif kembali lagi ke 
lapas sambil membawa surat untuk kepala Lapas yang 
ditulisnya sendiri. 

* Ibu kepala, Arif minta maaf, tapi Arif kangen 
sama ibu Arif. * Tulisnya singkat. 

Seorang anak cerdas yang harus terkurung 
dipenjara. Tapi, saya tidak lantas berpikir bahwa 
ia tidak benar-benar bersalah dan harus 
dibebaskan. Bagaimanapun juga ia telah 
menghilangkan nyawa seseorang. Tapi saya hanya 
berandai-andai jika saja, kebijakan bertindak 
cepat menangkap pembunuh si ayah (secepat polisi 
menangkap si Arif) pastinya saat ini anak pintar 
dan rajin itu tidak akan berada di tempat seperti 
ini. Dan kreativitasnya yang tinggi itu bisa 
berguna untuk hal yang lain. 

Sayangnya si Arif itu cuma anak pedagang sayur 
miskin sementara si preman yang dibunuhnya selalu 
setia menyetor kepada pihak berwajib setempat. 
Itulah yang namanya keadilan di negeri ini!
 
Source: Milis migas

 

Leave Comments